takbir yang berbeda

July 25, 2017
dok. pribadi
Hari itu sudah menjadi penghujung bulan Ramadhan. Ibu-ibu mulai sibuk mempersiapkan kue lebaran yang akan disantap esok pagi, mulai memasak santapan pagi yang hanya dimasak saat hari raya tiba. Bapak-bapak mulai sibuk mengirimkan ucapan ‘mohon maaf lahir dan batin’ ke sanak saudara dan kerabat lewat pesan instan. Dan para pemuda/I mulai sibuk mengunggah foto baju lebaran yang akan dipakai. Sayangnya, yang gue lakukan cuma nonton tv dengan acara spesial hari raya. Baju lebaran udah siap—hari itu gue lagi haid jadi gak siapin mukena—mau bantuin tante gue yang lagi masak, tapi dapurnya kecil. Agak susah bergerak. Jadi yang kalian temukan adalah remaja putri biasa yang sibuk nonton tv dan liat snapgram temen-temennya yang sibuk merayakan malam takbiran.

Orang rumah riuh dengan mandi bergiliran pada esok paginya, makan pagi pertama mereka setelah sebulan berpuasa, yang ibu-ibu sibuk dandan dan memilih pakaian juga mukena terbaik untuk sholat ied nanti. Takbir terus menggema tanpa henti. Hari raya itu telah tiba. Perlahan mereka berjalan ke mesjid, meninggalkan gue sendirian dirumah tante beserta makanan yang sangat menggiurkan. Satu persatu gue coba, kembali nonton acara siaran solat hari raya di tv.

Dan gue kembali merenung, ada yang beda. Tempat yang beda, suasana yang beda, kesan yang beda. Begitulah.


Setiap hari raya—bahkan setiap hari—selalu ada yang beda. Entah salah satu pergi meninggalkan, atau ada hal baru yang harus dipelajari. Intinya, semua gak akan pernah sama lagi. Dan gue, gak tau gimana lagi caranya untuk terus beradaptasi.

No comments:

Powered by Blogger.