mimpi?

July 09, 2017
Rasanya sulit sekali bermimpi. Baru saja kutemukan mimpi yang sekian lama terkubur, kala itu aku bermimpi dibawah langit yang gelap tapi bercahaya. Langit-langit kamar ku tempelkan sticker menyala supaya aku bisa melihat bintang. Nyatanya seiring perjalanan tidurku, aku sudah menyisipkan mimpi dibawah bantal. Penulis.

Rasanya mudah sekali waktu itu. Ku mulai dengan banyaknya buku novel yang ku lahap seorang diri, lelaki itu meyakinkanku lewat seorang kakak. “sepertinya dia akan menjadi penulis,” ucapnya. Dia ayahku. Ada rasa yang meletup saat mendengarnya, seakan-akan jalanku akan baik-baik saja. Aku bahagia dalam diam. Semakin hari, tubuh ini semakin meninggi, kakak semakin sibuk, ayah semakin terlihat rambut putihnya, ibu semakin susah jika harus naik tangga. Begitu pula kudapati dia dengan se-onggok lembar demi lembar novel ditangannya. Dia membaca novel dari salah satu penulis favoritku! Katanya, beliau penasaran perbedaan film yang diadaptasi dari novel itu dengan isi novelnya.

Aku bahagia dalam diam. Ternyata, buah tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Ternyata, sifat penasaranku akan ‘lebih seru film atau novel’ turun dari beliau. Lambat laun aku semakin sibuk menata hidup, begitupula dengan kakak, ayah dan ibu acap kali meninggikan suara. Entah aku yang salah menerka, atau memang ada amarah diselanya. Seiring itu pula, baru aku sadar bahwa mimpi itu tiba-tiba pergi.

Aku tidak lagi melihat bahagia itu. Walaupun dalam diam, aku masih berusaha menemukannya. Nyatanya, gugurnya mimpi memang semudah tumpahnya air dari kelopak mata itu. Tidak ada lagi langit kamar berhias stiker menyala, hanya biasan lampu diluar jendela yang menggantikan bintang. Dalam perjalanan tidurku, memang benar, mimpi itu tidak aku temukan lagi disana.

Rasanya aneh sekali sekarang. Satu demi satu pergi meninggalkan. Disaat itu pula aku kembali beradaptasi dengan manusia baru. Hidupku tetap sama, tidak ada lagi stiker bernyala yang siap mendongengkanku mimpi indah. Ayah dengan deru keringat yang berusaha bercerita meski seperti bukan dia. Ibu kembali memulai semua dari awal, kali ini jarak semakin mempersulit. Kakak masih sama, kita masih mengejar mimpi yang bertolak belakang.


Waktu menumbuhkan pola pikir baru, cinta yang baru, persahabatan yang baru, keluarga yang baru, orang yang baru, hubungan yang baru, perasaan yang baru. Walaupun tidak selalu indah. Tapi, waktu tidak pernah menghilangkan satu: dirinya.

No comments:

Powered by Blogger.