Hari Tanpa Rencana
Beberapa orang disekitar gue tau, gue sangat suka mengurutkan berbagai
rencana yang akan gue lakukan untuk hari ini, besok, bahkan 5 tahun
lagi—kejauhan, setahun kedepan maksud gue. Nyatanya, bukan cuma gue sebenernya
yang sering begini, kakak gue juga suka melakukan hal serupa. Tapi gue malah
ketawa liat rencana-rencana dia yang super detail—gue merasa dia seperti Tuhan
di hidupnya, yang punya akses sebegitu detailnya untuk membuat semuanya menjadi
kenyataan. Pernah gue membuat #100Wishes, tanpa pernah gue berusaha untuk
menyelesaikan itu semua secara perlahan, tulis kemauan gue saat itu tanpa
pernah tau kalo mungkin aja minggu depan gue gak menginginkan itu dan gak ada impact-nya ke gue. Gue membiarkan waktu
dan hidup ini penuh dengan tumpukan rencana-rencana yang gue terus buat setiap
hari, biar hari-hari gue gak keos karena bentrok kegiatan. Meninggalkan
#100wishes yang gue buat terlupakan percuma.
Gue sesekali bersihin laci kamar kos gue, menemukan buku catatan yang
isinya cuma surat-surat gak akan gue kasih ke orang-orang yang tertuju di surat
itu (hehe cupu emang), dan #100wishes gue yang gue revisi sampe tiga kali.
Tetep aja, semua berakhir dengan gue yang melupakan keinginan-keinginan gue
itu. Dulu, pas pertama kali bikin #100wishes karena doktrin salah satu guru gue
pas SMP. Waktu itu lagi ada keputrian—biasanya yang cowok pada sholat jumat,
kita yang cewek dikumpulin perangkatan dan penyuluhan rohani gitu yang namanya
keputrian—gue menyimak materi yang dikasih sama guru gue.
Beliau ngejelasin bahwa dream
board itu sangat penting untuk menstimulasi otak biar ‘ngegiring’ diri kita
untuk menggapai mimpi-mimpi kita, gue sempet liat videonya Arief Muhammad yang
pernah punya pengalaman mengenai dream
board ini—dan berhasil—ada salah satu video (gue lupa sumbernya siapa),
yang membuat #100wishes dan terus bershalawat—juga berusaha—untuk menggapai
mimpinya. Menarik, dan gue sangat tertarik karena itu semua cerita nyata. Gue
yang dulu anaknya super ambis dan punya masa depan cerah (kayaknya), ikutan
mencoba.
Revisi #100wishes gue berakhir dengan ‘mimpi apa yang akan lu jalani
selama 5-10 tahun kedepan, Nad?’ setiap gue ingin menulis poin di #100wishes
gue, mungkin pada akhirnya kita akan punya mimpi dibalik realita yang
mengenaskan. Supaya kita bisa terus hidup karena masih ada harapan untuk itu.
Gue ngomong apa sih.
Yang jelas, beberapa tahun terakhir kegiatan nulis rencana setiap hari
udah makin candu. Gue makin tergila-gila dan akan menggila kalo satu hari gue
gak ada rencana yang pasti—even itu
cuma angkat jemuran, atau cuci piring. Tapi pada hari itu, adalah hari dimana
gak ada satupun rencana gue yang berhasil.
Gue kecewa. Sangat. Karena rencana-rencana yang gue buat itu sangat
penting dan bukan ecek-ecek, tapi gue gak bisa nyelesainnya. Satupun.
Kondisi gue makin capek, otak gue mulai keluarin hormon norepinephrine,
gue mulai nangis. Dan itu semakin menjadi-jadi karena gue mulai mempersilahkan
hormon adrenaline dan kortisol semakin menguasai gue. Kenangan-kenangan buruk,
segala kesialan dan pencapaian gue yang gagal terjadi justru makin memperparah
kondisi gue saat itu. Gue sangat amat jatuh.
![]() |
| dok. pribadi |
Gue cerita ini bukan berarti buat planner itu adalah suatu kesalahan, yang bisa bikin lo berasa
dikejar deadline dan malah
terpontang-panting menyelesaikannya. Gue buat planner karena gue tau kemampuan gue untuk inget sesuatu itu cukup
lemah, jadi ini sebagai pengingat juga kalo hari ini-itu gue punya beberapa
kegiatan. Atau kadang, gue suka ga nulis planner
dan memfokuskan diri sama satu hal. Untuk mengistirahatkan diri aja, capek kan
dikejar deadline terus?
Besoknya, gue ada kelas. Beruntung kelas itu sore, jadi temen-temen
gue gak perlu tau seberapa bengkak mata ini nangis semaleman. Dan hari itu, gue
tenang banget karena mencoba untuk menikmati hari itu dengan baik. Gue tetep
bikin daily planner—namanya juga otak
batu—tapi kali ini, gue percaya sama keterbatasan diri gue dan gak mencoba
untuk terlalu keras dengan diri sendiri. Pada akhirnya, gak penting seberapa
banyak lo menyelesaikan poin-poin yang lo buat, yang penting adalah menikmati
proses untuk menyelesaikannya.

No comments: