si topi hitam

August 08, 2017
Punggungnya sesekali menunduk, sesekali menengok ke belakang. Tampaknya sedang menunggu seseorang. Tubuhnya cukup tinggi, sekilas kaus dalamnya menampakkan diri dari kemeja putihnya yang tipis. Layar smartphone nya mungkin sudah semenarik itu, maka ia buka laptopnya untuk menemani kesendirian. Mungkin sembari ia menunggu seseorang. Tapi, laptop itu tak kunjung ia sentuh. Ia kembali asyik bermain smartphone.

Langit semakin gelap. Air tuhan mulai turun perlahan. Tik.. tik.. menghantam atap-atap, terpaan angin mengikut setelahnya. Angin semakin kencang, ia masih saja duduk disana. Tas hitamnya tampak membosankan. Berkali-kali ia menoleh ke belakang, tampaknya yang ditunggu tak kunjung datang.

Dari jauh, jam tangan miliknya berwarna gelap, tak pernah ia usik karena akan membuatnya semakin gerah. Tengkuknya mulai pegal, sesekali ia pegang agar mengurangi pegalnya. Ia menoleh lagi, tampaknya hujan semakin memperparah proses menunggunya. Ia kembali merogoh isi tasnya, sembari menoleh untuk kesekian kalinya.

Hujan sekarang parah sekali. Tidak bisa kubayangkan menjadi dia yang sudah menunggu lama dan diperparah dengan hujan. Tapi, hujan bukan alasan untuk sebuah kesalahan.

Samar-samar, potongan rambutnya rapih sekali. Potongan 3-2-1 andalan mahasiswa baru. Sepatunya hitam bertali, untung saja tidak terlepas—karena sepertinya akan sangat menjengkelkan. Ia kembali menadahkan kepalanya, mungkin sudah bosan menunggu. Dibalik jendela-jendela yang dipasang meninggi, bisa kulihat beberapa gadis terpaksa berhujan ria. Sisanya menunggu di pedestrian, menanti air hujan turun tidak segalak ini lagi.

Ia melihat kaca besar yang melindunginya dari hujan. Aku tahu bahwa tempat ia duduk sekarang sebenarnya punya resiko terkena rintikan paling besar, tapi ia sepertinya tidak peduli. Ia tetap memainkan smartphone-nya tanpa peduli. Disini dingin sekali, sungguh. Punggung yang membelakangiku dari jauh itu sesekali menangkap penglihatanku, membuatku gugup—salah tingkah mungkin.

Masih ia ratapi hujan sederas ini. Dan masih menoleh ke belakang sesekali berharap yang ditunggu datang.


Halo, kamu yang diujung sana. Senang berkenalan melalui tulisan. Semoga lain kali, kita bertemu dan berbincang.

No comments:

Powered by Blogger.