si topi hitam
Punggungnya sesekali menunduk, sesekali menengok ke
belakang. Tampaknya sedang menunggu seseorang. Tubuhnya cukup tinggi, sekilas
kaus dalamnya menampakkan diri dari kemeja putihnya yang tipis. Layar
smartphone nya mungkin sudah semenarik itu, maka ia buka laptopnya untuk
menemani kesendirian. Mungkin sembari ia menunggu seseorang. Tapi, laptop itu
tak kunjung ia sentuh. Ia kembali asyik bermain smartphone.
Langit semakin gelap. Air tuhan mulai turun perlahan. Tik..
tik.. menghantam atap-atap, terpaan angin mengikut setelahnya. Angin semakin
kencang, ia masih saja duduk disana. Tas hitamnya tampak membosankan.
Berkali-kali ia menoleh ke belakang, tampaknya yang ditunggu tak kunjung
datang.
Dari jauh, jam tangan miliknya berwarna gelap, tak pernah ia
usik karena akan membuatnya semakin gerah. Tengkuknya mulai pegal, sesekali ia
pegang agar mengurangi pegalnya. Ia menoleh lagi, tampaknya hujan semakin
memperparah proses menunggunya. Ia kembali merogoh isi tasnya, sembari menoleh
untuk kesekian kalinya.
Hujan sekarang parah sekali. Tidak bisa kubayangkan menjadi
dia yang sudah menunggu lama dan diperparah dengan hujan. Tapi, hujan bukan
alasan untuk sebuah kesalahan.
Samar-samar, potongan rambutnya rapih sekali. Potongan 3-2-1
andalan mahasiswa baru. Sepatunya hitam bertali, untung saja tidak
terlepas—karena sepertinya akan sangat menjengkelkan. Ia kembali menadahkan
kepalanya, mungkin sudah bosan menunggu. Dibalik jendela-jendela yang dipasang
meninggi, bisa kulihat beberapa gadis terpaksa berhujan ria. Sisanya menunggu
di pedestrian, menanti air hujan turun tidak segalak ini lagi.
Ia melihat kaca besar yang melindunginya dari hujan. Aku
tahu bahwa tempat ia duduk sekarang sebenarnya punya resiko terkena rintikan
paling besar, tapi ia sepertinya tidak peduli. Ia tetap memainkan
smartphone-nya tanpa peduli. Disini dingin sekali, sungguh. Punggung yang
membelakangiku dari jauh itu sesekali menangkap penglihatanku, membuatku
gugup—salah tingkah mungkin.
Masih ia ratapi hujan sederas ini. Dan masih menoleh ke
belakang sesekali berharap yang ditunggu datang.
Halo, kamu yang diujung sana. Senang berkenalan melalui
tulisan. Semoga lain kali, kita bertemu dan berbincang.

No comments: