Waktu Indonesia Bagian Overthinking #3: “bisa 1/2 porsi gak mas/mbak?”
Gue seneng ketemu dengan banyak temen-temen gue di cafe atau coffee shop, bukan tentang konten untuk tempat dan hidangannya, yang gue sering bagikan ke Instagram demi estetika semata—tapi percakapan di balik itu yang gak tertangkap kamera.
Tentu gak semuanya berjalan mulus, ada pertemuan yang mengharuskan gue untuk effort lebih besar. Ada yang cuma membutuhkan perhatian untuk didengarkan, ada yang heboh dengan sebab-akibat nan njlimet tanpa henti. Ada yang tidak menghasilkan apapun selain nguras dompet dan bikin konten, ada yang sampai lupa bikin konten saking terlalu banyak yang dibahas.
Bagi gue itu kayak the sparks of conversation sih, seperti memasak menggunakan bumbu yang diracik dengan baik bisa menghasilkan masakan yang enak. Tapi sejauh mana ‘bumbu’—dalam hal ini percakapan—bisa menghasilkan suatu ‘masakan’ yang enak?
Disclaimer kedua: selera enak setiap orang berbeda-beda.
Itu merupakan hal yang baik sih, kalo mau tarik mundur ke belakang pasti banyak dari kita yang lahir dari latar belakang dan lingkungan yang berbeda. Konsep ‘masakan yang enak’ juga terbentuk dari situ, jadi untuk melahirkan percakapan yang berkualitas tuh bukan tentang seberapa berat topik yang dibahas.
Menurut gue justru dari seberapa banyak that hit moment bisa muncul.
Bahkan di percakapan yang bahkan gue belum pernah ketemu sama sekali dengan orang tersebut secara empat mata, bisa jadi suatu hit moment yang gak disangka-sangka. Gue seneng menunggu momen itu terjadi, karena seru.
Seru karena bisa tebak-tebakan karakter lawan bicara gue kayak apa—tanpa harus tanya ‘horoskop lo (ini) ya?’.
Seru karena bisa bermain dengan waktu—seberapa lama gue/dia bisa bertahan di percakapan ini.
Seru karena gue bisa memperkirakan apakah ada pertemuan selanjutnya setelah ini?
Seru karena tau porsi percakapannya sampai mana.
Bagi gue ini jadi patokan gue untuk menentukan seberapa berkualitas gue menginvestasikan waktu luang gue untuk orang lain, demi mengisi hal-hal di hidup gue yang mungkin gak gue ketahui sebelumnya.
Kualitas dan porsi.
Kenapa judulnya ‘bisa minta 1/2 porsi gak mas/mbak?’ Biar kalian yang baca bisa nebak-nebak maksudnya kayak apa, seru kan mainin cara pandang orang lain?
No comments: