getting older
Bandung hujan lagi, gak tau deh ini udah hari ke berapa setiap sore menuju malam selalu hujan. Emang udah seharusnya hujan datang setiap hari sih, jadi gak bisa dikutuk setiap hari juga. Lagu nobody else dari LANY mengalun lembut mengiringi malam yang sepi, semakin terhimpit, mendekati pergantian hari.
Besok tanggal tiga desember, hari kelahiran gue.
Orang-orang (termasuk gue) sibuk mengisi konten instastory dengan Spotify Wrapped 2020, dilain hal mungkin ada orang yang masih bergelut dengan kegelisahan penantian panggilan kerja, giliran mengumpulkan proposal skripsi, sibuk menimang bayi kecil yang baru lahir ke bumi, merisaukan pekerjaan yang dadakan menghampiri, dan lain hal yang gak gue ketahui.
Kembali menerima emosi yang sudah dirangkum rapi, dibalut beberapa memori senang dan sedih selama 12 bulan terakhir. Menjadi cukup.
Dulu gue selalu marah atau kecewa sama temen-temen yang gak ngucapin gue ulang tahun, gue merasa gak dihargai aja menuju tahun yang baru. Ada di satu waktu, gue merayakan ultah seorang diri. Gue beli kue sendiri, berdoa sendiri, tiup lilin sendiri. Kebetulan kondisi keluarga gue waktu itu belum membaik, gue berusaha untuk tetap waras aja dengan selalu merayakan perayaan ulang tahun—meskipun sendirian. Seperti tahun-tahun sebelum semuanya berubah.
Lambat laun gue lupa sama Hari lahir, sekedar ‘hbd-hbdan’ aja jadinya. Sama paling membiasakan diri untuk menulis pemikiran di waktu-waktu terakhir. Desember jadi waktu yang super padat karena smua ujian dan kerjaan pada tutup buku di bulan ini. Gue jadi gak punya banyak waktu untuk nge-date sama diri sendiri. Perayaan kecil gue tahun 2019 adalah tidur yang panjang dan bengong seharian, itu lebih dari cukup buat gue yang bertahun-tahun jadi budak proker sambil nyambi kuliah. Tidur adalah kemewahan untuk umur yang semakin menua—menjadi tua tidak pernah semenarik itu.
Tahun 2020 adalah tahun apresiasi.
Gue mengapresiasi ketakutan gue akan lulus kuliah dan nasuk ke dunia kerja, dengan menghadapinya. Gak peduli dan gak tau seberapa banyak gue menangis dan marah karena susah tidur ngerjain Tugas Akhir, mikirin dunia kerja yang (terlihat) menyeramkan, bergumul dengan kondisi ‘gue harus tinggal dimana setelah ini?’ Atau sepusing apply ke banyak perusahaan tapi cuma berakhir di sesi wawancara, udah dapet beberapa kerjaanpun tapi gak bertahan lama—dan di penghujung tahun gue ke-20 ini gue justru dihadapkan dengan pilihan besar.
Gue jauh lebih dalam menghargai setiap proses.
Gue harap, yang sudah gue pelajari di tahun ini, akan lebih membukakan gue pada peluang-peluang hebat di tahun ke-21.
Selamat datang di bioskop 21.
Dengan ini mempersembahkan, sebuah film bergenre drama kehidupan yang akan dijalani selama setahun penuh, setelah berhasil untuk berjuang hidup di awal tahun ke-20. Drama ini akan mengisahkan banyak perjuangan lewat tawa dan tangis, marah dan kecewa, bersyukur dan mengeluh, menjadi yang baik dan jahat di beberapa jalan cerita.
Disutradai dan diproduseri oleh Yang Maha Kuasa, dari rumah produksi Alam Semesta. Diperankan oleh Nadhira Saffana dan orang-orang kesayangannya, juga beberapa aktor & aktris figuran yang datang dan pergi seperti pada film-film sebelumnya.
Saksikan di bioskop-bioskop terdekat yang hadir sesaat, lewat pertemuan-pertemuan singkat.
No comments: