pengamen biola di Surapati

May 04, 2018

Baraya Surapati lagi rame-ramenya, salah satu hal yang bikin gue senang karena Bandung-Depok gak terlalu jauh adalah lo punya banyak pilihan transportasi buat pulang. Bisa naik motor (kalo berani), naik travel kayak gue gini, naik kereta juga bisa. Kalo gue biasanya naik travel sih, terus lanjut naik ojol. Tapi akhir-akhir ini gue suka naik kereta karena tol cikampek lagi macet parah. Baru kali ini aja gue naik travel lagi. Semua itu pilihan, sama-sama ribetnya.

Harusnya gue bisa berangkat jam 12, tapi armada ke Cinerenya belum sampai jadi gue diundur jam 2 siang. Disela nunggu yang cukup lama, gue biasanya baca novel atau main smartphone. Berhubung lagi di-charge, jadinya gue cuma mengamati sekitar aja. Dibalik riuhnya orang-orang yang lagi ngobrol, ngedumel karena telat berjam-jam, ada suara yang gak asing buat gue. alunan gesekan biola itu gue kira cuma suara dari speaker salah satu ruangan, ternyata enggak. Ada pengamen biola di ujung sana. Letaknya gak terlalu jauh dari gue, sambil ditemani alunan biola yang geu gak tau judul lagunya apa. Pengamen itu bebas memainkan nada seperti pikiran gue yang bebas entah kemana.

Beberapa jam yang lalu ada notifikasi LINE tentang ulang tahun salah satu teman dekat gue, banyak banget yang kaish dia ucapan selamat. Jadi ini rasanya eksis dikampus, pas ultah banyak yang doain. Dan beberapa menit gue di Baraya Surapati, gue dikabarkan di grup divisi kalau ayah salah satu teman gue dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Gue cukup shock karena gue pernah lihat ayahnya dipameran jurusannya waktu itu. Waktu secepat itu ya ternyata.

Akhirnya gue me-reschedule untuk langsung ke rumah teman gue begitu sampai Cinere nanti.

Akhirnya jam 2 siang gue bisa masuk ke mobil, sebelumnya ada seorang bapak-bapak yang mengantarkan ibu dan seorang anak ke mobil. Mencium kening si anak, bersalaman, saling melambaikan tangan. “dadah dulu sama kakek,” ujar si ibu. Seketika gue keinget Opa, di umur anak kecil itu gue jarang banget ketemu Opa karena dia masih kerja, sedangkan anak itu pasti punya banyak waktu buat quality time sama kakeknya. Jadi mellow gini gue.

Tapi kalo dipikir-pikir, makin gede kita makin sering ya ketemu sama kehilangan.  Mulai dari orang tua, keluarga, teman, mereka temporer—gak selamanya ada. Semua akan menghilang, kembali pulang. Gak sadar kalo sebenarnya kita juga akan menghilang. Dikepulangan gue kali ini, gue berusaha buat lebih menghargai waktu yang ada. Menghargai keberadaan teman-teman gue dirumah teman gue semalam, menghargai keberadaan bapak dan kakak dirumah. Sambil sarapan, kita ngobrol bersama.

Hari ini berkesan banget buat gue, dibalik h-3 UAS dan gue harus balik ke Depok. Gue menemukan 2 jalan hidup yang berbeda dihari yang sama, mengulang umur yang semakin tua dan ditinggalkan yang tersayang. Ternyata umur seberharga itu ya. Menghargai hidup seseorang bikin gue belajar untuk lebih menghargai hidup sendiri.

Alunan biola itu masih terngiang di otak gue, ditemani kemacetan Cikarang dan rumitnya jalan pikiran. Gue mengirim pesan ke Ibu kalo gue lagi pulang ke Depok.

No comments:

Powered by Blogger.