ha(ve)ppiness
Sebuah judul yang maksa, ya? hehehe.
Well, i love planning something. Gue suka membuat rencana akan kemana, jam berapa, dengan siapa, naik apa, berapa dana yang dibutuhkan, kind of that. Kalo bisa sih sedetail mungkin, soalnya karena gue orangnya suka lupa, jadinya gue suka takut ada yang tertinggal. Dan parahnya lagi kalo yang tertinggal itu hal penting, suasana suka jadi chaos dan gue gak suka banget hal itu. Looks like i'm a good planner, huh?
Hari itu gue lagi baca buku berjudul 30 Paspor di Kelas Profesor, buku ini inspirasional parah. Kebetulan gue waktu itu lagi iseng nyari novel tentang travelling gitu, mana tau ada yang bagus kan. Gue naksir kisahnya Naked Traveller sih, tapi takut costly aja karena serinya banyak banget (maklum mau low budget tapi nyarinya yang bagus), dan berjodohlah gue dengan buku itu. 30 Paspor di Kelas Profesor nyeritain tentang 30 mahasiswa di kelas Pemintal (Pemasaran Internasional) FEUI dengan dosen Pak Rhenald Kasali, seperti yang kita tau beliau adalah Guru Besar FEUI yang udah terkenal banget. Di kelas itu, setiap mahasiswa harus melakukan perjalanan keluar negeri selain rumpun melayu, seorang diri tanpa bantuan keluarga atau teman, dilakukan sebelum UTS. Dan asli, baru seri buku 1 aja sebegitu serunya karena kisah mereka emang beda-beda, tentu dengan gaya nulis yang beda juga. Justru menariknya disitu. Dan di bab Kacamata Baru Made In Nepal, gue menemukan kalimat yang membuat gue sangat amat tercydyuk.
"too much worrying about my future without living my present."
Pas gue baca kalimat itu, pikiran gue melayang ke beberapa bulan terakhir, gue merasa kalo setiap gue merencanakan sesuatu, cuma dikasih dua pilihan. Dapet goal yang gue mau dan selesai begitu aja, atau gagal sama sekali. Gue suka kasih motivasi ke diri sendiri kalo seandainya gue diberikan pilihan kedua, "oh mungkin lain waktu" "mungkin diganti yang lebih baik" "mungkin ini sebenernya ga sesuai sama gue."
Dan ternyata, gue baru sadar, kalo gue cuma fokus sama yang gue tuju. Entah itu berhasil atau gagal, gue cuma fokus ke situ aja. Gak berusaha menikmati semua perjalanan yang udah ditawarin sepanjang gue meraih tujuan itu. Menurut gue fokus tuh perlu, tapi tanpa bisa menikmati perjalanannya karena terlalu khawatir sama masa depan juga gak bener.
Somehow, this is the power of read a book. To empowering each other. That's the art of writing.
Terus gue mulai mengamati keadaan sekitar, nyokap yang masih dikenal sebagai the most friendly person karena nongol terus di grup angkatan, bokap yang masih sibuk kerja and stop complaning in Whatsapp about everything, tante gue yang masih sibuk dengan urusan sekolah sepupu gue, om gue yang sibuk kerja dan masih sibuk ledekin gue. Temen-temen gue, saudara gue, orang yang baru kenal di internet, semuanya. They've been busy with their life, tapi mungkin itu adalah cara mereka buat menikmati hidup. Seni kehidupan.
Gue lupa untuk menikmati hidup gue dengan cara gue sendiri.
Dan pada akhirnya gue kembali buat motivasi diri sendiri sih untuk tetep fokus tapi jangan lupa enjoy. You know how important self-reminder is.
:)x, Saf.
![]() |
| @saffaans |
Well, i love planning something. Gue suka membuat rencana akan kemana, jam berapa, dengan siapa, naik apa, berapa dana yang dibutuhkan, kind of that. Kalo bisa sih sedetail mungkin, soalnya karena gue orangnya suka lupa, jadinya gue suka takut ada yang tertinggal. Dan parahnya lagi kalo yang tertinggal itu hal penting, suasana suka jadi chaos dan gue gak suka banget hal itu. Looks like i'm a good planner, huh?
Hari itu gue lagi baca buku berjudul 30 Paspor di Kelas Profesor, buku ini inspirasional parah. Kebetulan gue waktu itu lagi iseng nyari novel tentang travelling gitu, mana tau ada yang bagus kan. Gue naksir kisahnya Naked Traveller sih, tapi takut costly aja karena serinya banyak banget (maklum mau low budget tapi nyarinya yang bagus), dan berjodohlah gue dengan buku itu. 30 Paspor di Kelas Profesor nyeritain tentang 30 mahasiswa di kelas Pemintal (Pemasaran Internasional) FEUI dengan dosen Pak Rhenald Kasali, seperti yang kita tau beliau adalah Guru Besar FEUI yang udah terkenal banget. Di kelas itu, setiap mahasiswa harus melakukan perjalanan keluar negeri selain rumpun melayu, seorang diri tanpa bantuan keluarga atau teman, dilakukan sebelum UTS. Dan asli, baru seri buku 1 aja sebegitu serunya karena kisah mereka emang beda-beda, tentu dengan gaya nulis yang beda juga. Justru menariknya disitu. Dan di bab Kacamata Baru Made In Nepal, gue menemukan kalimat yang membuat gue sangat amat tercydyuk.
"too much worrying about my future without living my present."
![]() |
| hehe ini save dari snapgram. |
Pas gue baca kalimat itu, pikiran gue melayang ke beberapa bulan terakhir, gue merasa kalo setiap gue merencanakan sesuatu, cuma dikasih dua pilihan. Dapet goal yang gue mau dan selesai begitu aja, atau gagal sama sekali. Gue suka kasih motivasi ke diri sendiri kalo seandainya gue diberikan pilihan kedua, "oh mungkin lain waktu" "mungkin diganti yang lebih baik" "mungkin ini sebenernya ga sesuai sama gue."
Dan ternyata, gue baru sadar, kalo gue cuma fokus sama yang gue tuju. Entah itu berhasil atau gagal, gue cuma fokus ke situ aja. Gak berusaha menikmati semua perjalanan yang udah ditawarin sepanjang gue meraih tujuan itu. Menurut gue fokus tuh perlu, tapi tanpa bisa menikmati perjalanannya karena terlalu khawatir sama masa depan juga gak bener.
Somehow, this is the power of read a book. To empowering each other. That's the art of writing.
Terus gue mulai mengamati keadaan sekitar, nyokap yang masih dikenal sebagai the most friendly person karena nongol terus di grup angkatan, bokap yang masih sibuk kerja and stop complaning in Whatsapp about everything, tante gue yang masih sibuk dengan urusan sekolah sepupu gue, om gue yang sibuk kerja dan masih sibuk ledekin gue. Temen-temen gue, saudara gue, orang yang baru kenal di internet, semuanya. They've been busy with their life, tapi mungkin itu adalah cara mereka buat menikmati hidup. Seni kehidupan.
Gue lupa untuk menikmati hidup gue dengan cara gue sendiri.
Dan pada akhirnya gue kembali buat motivasi diri sendiri sih untuk tetep fokus tapi jangan lupa enjoy. You know how important self-reminder is.
:)x, Saf.


No comments: