presentasi penguji nyali
Tadi pagi, baru aja gue kembali buka blog salah satu
public figure idola gue. Gita Savitri Devi atau dikenal Gitasav. Dia adalah salah satu orang yang
membuat gue semakin yakin kalo setiap pemikiran gue memang harus di-share, tapi
berhubung sekarang dunia semakin ga kenal batas, gue pingin coba-coba nulis
lagi. Pingin mengulik isi otak gue yang gak akan cukup bisa gue ungkapkan
dengan cuap-cuap cantik ke kerabat/keluarga.
Kemarin merupakan hari-hari ter-hectic setelah semester 1
dengan minggu-minggu UTS. Karena sebulan ini, gue mengikuti acara prodi yaitu
TEKAD (training dan konseling desain)
atau suka disebut TKD.
Setiap hari Sabtu, gue dan kelompok 6 yang anak-anaknya dicampur dari beberapa
kelas sejurusan gue harus ngumpul untuk bahas-bahas dan training tentang desain. Dan Sabtu
kemarin adalah rangkuman dari pembelajaran sejak pertemuan pertama: presentasi
produk.
Which is gue dan yang lain gak pernah presentasi sedetail
ini ke orang lain—kecuali gue yang pernah presentasi inovasi produk di kelompok Literasi TIK gue dan mereka yang nyimak adalah temen-temen sekelas gue, jadi gue gak
pernah merasa secanggung ini. Dari Rabu kemarin sampe Jumat entah berapa kali
gue ngumpul sama grup TEKAD gue ini buat bahas masalah produk, ngumpulin orang-orang yang
jadwalnya beda-beda, bahas sketsa sampe pada akhirnya semua itu rangkum dan
berhasil gue kirim soft file-nya ke mentor gue jam 11.56 WIB—4 menit sebelum
deadline tugas harus dikumpulikan ke mentor.
Gue yang harus menyesuaikan diri juga dengan jadwal gue yang
penuh dengan rapat-rapat-rapat sampe suka keteteran sendiri. Belum lagi
menjelang UAS, mulai banyak tugas yang gak bisa cuma dikerjain semalem doang.
Akhirnya setelah ngirim soft file makalah ke mentor, gue baru mulai bikin ppt
nya. Dan itu super hectic lagi, gue terpaksa tidur jam 2 dan bangun jam 4 buat
nyelesain ppt nya. Sementara jam 6 gue harus kasih mading tugas mentoring agama, terus jam 7 mulai ada closing
mentoring. Nice, ini adalah waktu tersingkat gue untuk tidur setelah PKKMB. Akhirnya hari Sabtu tiba, mentoring berlalu dengan baik-baik saja. Gak ada yang spesial,
pembicaranya merupakan salah satu founder dari @kayakayu_ind dan gue suka banget
gaya bicara dia. Dari sekian banyak hal yang gue tangkep dari omongan dia, hal yang harus gue highlight dari salah satu pesan dia adalah:
you have to know the reason why.
Seperti kenapa lo harus bikin produk ini.
Seperti kenapa produk ini hrs mencerminkan diri lo.
Seperti apa diri lo.
Atau rancunya,
Seperti kenapa harus ada yang datang dan meninggalkan.
Mungkin pertanyaan ini gak akan bisa gue jawab sendirian.
Setelah beres closing mentoring, gue istirahat sebentar di
kamar asrama temen gue. Lalu mulai ngumpul di depan FIK jam 1. Acara dimulai dengan absen dan
pengecekan barang. Senengnya adalah gue gak ketahuan kalo nyelipin HP dan wifi
hehehehe—bukan untuk ditiru. Hal selanjutnya mulai dimobilisasi ke kelas-kelas
untuk presentasi.
Setelah menyimak kelompok 5 yang mulai presentasi, kini
giliran kelompok gue. Kelompok 6 yang dateng cuma berempat dari 10 orang. Sisanya ada pengganti kelas agama dan tanpa keterangan gitu. Terus ga
beberapa lama, seusai presentasi, mulai sesi pertanyaan. Gak tau kenapa
pertanyaan buat kelompok gue sangat banyak, mungkin kekurangan detail dari
sketsanya itu sendiri. Dan gue sebenernya bingung, untuk jawab ngasal dan dia
menyerang terus, atau gue mengakui kesalahan dan mereka akan menganggap produk
ini ga pantes diperjualbelikan.
Gue akhirnya memilih opsi pertama.
Dan sampailah pada tahap evaluasi.
Disini, judges akan
memberikan pendapatnya dan kritikan buat kelompok 5 dan 6. Ternyata, untuk
suatu presentasi, lo harus tau betul apa yang mau lo presentasi. Kalo lo mau
main tik-tok, main yang rapi, jangan kagok. Harus tegas sama apa yang lo
presentasiin, lo harus bisa mengontrol audience buat gak salah beli produk lo.
Dan kalimat terakhir yang selalu menjadi kesalahan gue untuk
memulai sesuatu.
“kalo lo salah, lo akuin kesalahan lo. Jangan sampai
terlihat bodoh, jangan membodohi diri sendiri.”
Which is, gue selama ini mungkin selalu menutupi kesalahan
gue. Atau tidak mengakuinya dan malah nyalahin orang lain. Entah itu pola pikir
dari lingkungan atau berdasarkan observasi pribadi. Gue sadar kalo dalam
komunitas besar bernama lingkup sosial, lo gak bisa untuk selalu bener dan/atau merendahkan
diri sendiri. Karena kita bukan produk Tuhan yang sempurna.
Karena apapun di dunia ini bukan sesuatu yang sempurna.
Kita hanya saling melengkapi untuk menyempurnakan.

No comments: