presentasi penguji nyali

September 10, 2017
[ tulisan akhir semester 2, dua puluh tiga April dua ribu tujuh belas ]

Tadi pagi, baru aja gue kembali buka blog salah satu public figure idola gue. Gita Savitri Devi atau dikenal Gitasav. Dia adalah salah satu orang yang membuat gue semakin yakin kalo setiap pemikiran gue memang harus di-share, tapi berhubung sekarang dunia semakin ga kenal batas, gue pingin coba-coba nulis lagi. Pingin mengulik isi otak gue yang gak akan cukup bisa gue ungkapkan dengan cuap-cuap cantik ke kerabat/keluarga.

Kemarin merupakan hari-hari ter-hectic setelah semester 1 dengan minggu-minggu UTS. Karena sebulan ini, gue mengikuti acara prodi yaitu TEKAD (training dan konseling desain) atau suka disebut TKD. Setiap hari Sabtu, gue dan kelompok 6 yang anak-anaknya dicampur dari beberapa kelas sejurusan gue harus ngumpul untuk bahas-bahas dan training tentang desain. Dan Sabtu kemarin adalah rangkuman dari pembelajaran sejak pertemuan pertama: presentasi produk.

Which is gue dan yang lain gak pernah presentasi sedetail ini ke orang lain—kecuali gue yang pernah presentasi inovasi produk di kelompok Literasi TIK gue dan mereka yang nyimak adalah temen-temen sekelas gue, jadi gue gak pernah merasa secanggung ini. Dari Rabu kemarin sampe Jumat entah berapa kali gue ngumpul sama grup TEKAD gue ini buat bahas masalah produk, ngumpulin orang-orang yang jadwalnya beda-beda, bahas sketsa sampe pada akhirnya semua itu rangkum dan berhasil gue kirim soft file-nya ke mentor gue jam 11.56 WIB—4 menit sebelum deadline tugas harus dikumpulikan ke mentor.

Gue yang harus menyesuaikan diri juga dengan jadwal gue yang penuh dengan rapat-rapat-rapat sampe suka keteteran sendiri. Belum lagi menjelang UAS, mulai banyak tugas yang gak bisa cuma dikerjain semalem doang. Akhirnya setelah ngirim soft file makalah ke mentor, gue baru mulai bikin ppt nya. Dan itu super hectic lagi, gue terpaksa tidur jam 2 dan bangun jam 4 buat nyelesain ppt nya. Sementara jam 6 gue harus kasih mading tugas mentoring agama, terus jam 7 mulai ada closing mentoring. Nice, ini adalah waktu tersingkat gue untuk tidur setelah PKKMB. Akhirnya hari Sabtu tiba, mentoring berlalu dengan baik-baik saja. Gak ada yang spesial, pembicaranya merupakan salah satu founder dari @kayakayu_ind dan gue suka banget gaya bicara dia. Dari sekian banyak hal yang gue tangkep dari omongan dia, hal yang harus gue highlight dari salah satu pesan dia adalah: you have to know the reason why.

Seperti kenapa lo harus bikin produk ini.
Seperti kenapa produk ini hrs mencerminkan diri lo.
Seperti apa diri lo.

Atau rancunya,
Seperti kenapa harus ada yang datang dan meninggalkan. Mungkin pertanyaan ini gak akan bisa gue jawab sendirian.

Setelah beres closing mentoring, gue istirahat sebentar di kamar asrama temen gue. Lalu mulai ngumpul di depan FIK jam 1. Acara dimulai dengan absen dan pengecekan barang. Senengnya adalah gue gak ketahuan kalo nyelipin HP dan wifi hehehehe—bukan untuk ditiru. Hal selanjutnya mulai dimobilisasi ke kelas-kelas untuk presentasi.

Setelah menyimak kelompok 5 yang mulai presentasi, kini giliran kelompok gue. Kelompok 6 yang dateng cuma berempat dari 10 orang. Sisanya ada pengganti kelas agama dan tanpa keterangan gitu. Terus ga beberapa lama, seusai presentasi, mulai sesi pertanyaan. Gak tau kenapa pertanyaan buat kelompok gue sangat banyak, mungkin kekurangan detail dari sketsanya itu sendiri. Dan gue sebenernya bingung, untuk jawab ngasal dan dia menyerang terus, atau gue mengakui kesalahan dan mereka akan menganggap produk ini ga pantes diperjualbelikan.

Gue akhirnya memilih opsi pertama.
Dan sampailah pada tahap evaluasi.

Disini, judges akan memberikan pendapatnya dan kritikan buat kelompok 5 dan 6. Ternyata, untuk suatu presentasi, lo harus tau betul apa yang mau lo presentasi. Kalo lo mau main tik-tok, main yang rapi, jangan kagok. Harus tegas sama apa yang lo presentasiin, lo harus bisa mengontrol audience buat gak salah beli produk lo.

Dan kalimat terakhir yang selalu menjadi kesalahan gue untuk memulai sesuatu.
“kalo lo salah, lo akuin kesalahan lo. Jangan sampai terlihat bodoh, jangan membodohi diri sendiri.”

Which is, gue selama ini mungkin selalu menutupi kesalahan gue. Atau tidak mengakuinya dan malah nyalahin orang lain. Entah itu pola pikir dari lingkungan atau berdasarkan observasi pribadi. Gue sadar kalo dalam komunitas besar bernama lingkup sosial, lo gak bisa untuk selalu bener dan/atau merendahkan diri sendiri. Karena kita bukan produk Tuhan yang sempurna.

Karena apapun di dunia ini bukan sesuatu yang sempurna.
Kita hanya saling melengkapi untuk menyempurnakan. 

No comments:

Powered by Blogger.