Dan kembali terjatuh
Gue mau cerita salah satu hal terkrusial, yang bahkan orang-orang
terdekat gue pun gak banyak yang tau seberapa seringnya gue mikirin hal ini.
Gue punya masalah pribadi yang mungkin akan selalu cliché dimata orang.
Namanya, jatuh cinta.
Dan ini bukan pertama kalinya gue takut untuk jatuh cinta.
Bagi gue, jatuh cinta itu indah banget. Seindah liat senyuman dia, seindah
diajak jalan berdua sama dia. Cliché-nya lagi, seindah dia punya perasaan yang
sama kayak kita. Tapi kalo enggak, bagian mana ya yang bisa mendeskripsikan
keindahan jatuh cinta? Merelakan?
Gue tipe orang yang telat menyadari jatuh cinta—antara
berpura-pura telat biar gak kegeeran, atau emang telat beneran. Gue pernah
punya temen cowo yang tanpa gue sadar gue udah jatuh cinta sama dia dari awal
ketemu (its been a years!), untungnya dia ngerti—walaupun dia gak punya
perasaan yang sama—tapi kita tetep temenan kok.
Atau, biasanya gue sering sih suka sama orang. You know,
liking someone and loving was a huge different, huh? Dia sukanya apa, gue
ikutin. Dia chat gue, gue tungguin terus. Dia update apa-apa, gue jadi stalker
pertama. Kinda obsessed, maybe? Well, that’s the way of liking someone. But not
for loving him.
He was my centre of universe. Kayak, apa-apa pasti ke dia, dan pasti ada aja hal yang gue kasih buat dia. Literally, everything. He was my old-side before I get my new
ones—which is me right now. I’ve been looking for someone like him, the most
friend-able, brother-able, boyfriend-able human in this world. But, you know, he
was.
I'm not talking about the ex. Cuma kayak pernah ada manusia
yang entah darimana datangnya terus memperkenalkan diri ke gue dan menjadi gue temannya, tapi entah emang kesalahan umum dari pertemanan cowo-cewe atau
emang guenya yang baperan—second option is the right choice—gue semakin takut
kalo tiba-tiba ada perasaan-perasaan mengganjal. I'm not wishing for that.
Jadi, makin kesini gue makin pesimis akan nasib percintaan
gue, karena gue yang terlalu takut just for liking someone, because its getting
worse kalo akhirnya malah jadi jatuh cinta—dan dia ga seperasaan sama kita. Makin kesini, gue makin yakin kalo selama ini gue cuma memperdayakan diri gue dengan khayalan indah kalo jatuh cinta itu emang indah. Padahal gak selamanya gitu, kan?
Dan sekarang, ketika gue memilih untuk menahan diri biar gak jatuh cinta lagi. Tanpa gue sadari justru sebenarnya gue sedang terbang bebas menuju dasar, ditemani rasa takut untuk jatuh cinta itu sendiri.

No comments: