Rasa Alika

September 16, 2018

Tentang kata ‘maaf sayang, aku harus pergi’..
Rumpang.

Kepergian dan kedatangan emang udah jadi hal yang lumrah, kayaknya permintaan gue untuk sekedar membuat orang menetap itu jadi hal teregois yang pernah gue lakuin. Karena gue juga gak bisa menetap di suatu hal yang belum komit. Gue kira gue bisa hidup dari apa yang gue suka, apa yang gue butuhkan saat ini kayaknya udah lebih dari cukup. Tuhan selalu ngasih apa yang gue butuh pada waktunya.

Namanya Rasa. Gue panggil dia Rasa karena rasa ini baru saja tumbuh.

Tinggi menjulang dengan memperlihatkan kulit dan tulang, tinggi badan gue cuma berhasil mencapai pundaknya. Postur yang pas untuk lelah dengan hidup, merebahkan diri pada senderan pundak. Gak, tapi gue gak akan melakukan itu. Agaknya ekstrim sekali ya, tapi gue juga bingung kenapa Rasa bisa hadir dalam bentuk rasa yang berbeda.

Manusia tinggi terkadang menarik hati, kata beberapa orang seperti itu. Tapi sepertinya pernyataan itu cukup berlaku di gue, dia menarik. Kalo bisa kilas balik, gue juga lupa kenapa bisa melihat dia sebagai seseorang yang menarik. Kedatangannya cukup tiba-tiba, membuat gue melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.

Mungkin tutur bicaranya menarik. Mungkin diamnya juga menarik. Mungkin dia baik. Mungkin gue peduli dengannya yang pelik. Mungkin, gak tahu juga yang benar yang mana.

Gue menemukan dia di bawah langit gelap pukul 2 pagi, perut kami kosong dan angin malam yang menusuk pori-pori. Cerita kami bersautan dengan derungan motor yang Ia bawa, menuju warung nasi yang masih buka. Jangan beri hati, Alika. Berulang kali terucap kalimat itu biar hati mendengar.

Tapi, senyumnya berbeda.
Persetan dengan itu semua.
Coba lihat, dia tidak pernah menebar senyum itu ke siapapun!
Itu karena kamu baik padanya, Alika.

Namanya Rasa. Sepertinya dia gak punya rasa yang sama seperti gue.

Hanya gimik, gue percaya dengan itu hanya gestur dia yang juga peduli dengan gue sebagai teman. Kembali menjadi orang yang selalu memulai dan semakin melelahkan. Gue ingin rehat, melupakan peliknya Rasa dan hidup yang semakin penat.

Kenapa setiap rasa yang sama datang, selalu saja ingin menghilang? Atau terbuang?

No comments:

Powered by Blogger.